Adsense ini

terkini

Lampu Hias Paskah dan Lebaran Bertemu di Satu Titik, Waleure Jadi Simbol Kerukunan Beragama di Minahasa

Jumat, 28 Maret 2025, Maret 28, 2025 WIB Last Updated 2025-03-28T13:09:37Z



RadiusNews, Langowan- Nuansa kerukunan antarumat beragama benar-benar terasa di Desa Waleure, Kecamatan Langowan Timur, Kabupaten Minahasa. Menjelang perayaan Paskah dan Idul Fitri 2025, umat Kristiani dan umat Muslim di desa ini saling menghiasi jalan dengan lampu hias sebagai bentuk sukacita dan solidaritas lintas iman.



Uniknya, lampu-lampu hias yang dipasang dari dua arah jalan bertemu di satu titik, tepat di perempatan desa. Lampu hias perayaan Paskah terbentang dari depan Gereja GMIM Imanuel ke arah timur, sedangkan lampu hias Lebaran membentang dari depan Masjid Baitul Ikhlas ke arah selatan.


Lampu hias Paskah merupakan inisiatif Panitia Hari-hari Raya Gereja (PHRG) Jemaat GMIM Imanuel Waleure. Sementara lampu hias Lebaran adalah hasil kolaborasi Pemuda Masjid Baitul Ikhlas dan komunitas Muslim setempat.


“Sebenarnya awalnya kami hanya memasang lampu untuk Paskah, tapi ternyata di persimpangan jalan bertemu dengan lampu hias Lebaran. Kami merasa ini memberi keunikan tersendiri dan mungkin hanya ada di Waleure,” tutur salah satu personel PHRG Jemaat GMIM Imanuel Waleure.


Ketua Himpunan Keluarga Besar Islam (HKBI) Desa Waleure, yang juga diketahui sebagai Kasatkorcab Banser Minahasa M. Yusuf Tawil, menambahkan bahwa fenomena ini bukan hal baru. “Sudah sejak beberapa tahun lalu, meskipun tidak ada koordinasi khusus, lampu-lampu dari kedua pihak selalu bertemu di titik yang sama. Ini menunjukkan sinergi yang tulus,” ujarnya.


Sementara Hukum Tua Desa Waleure, Tatty Femy Pangkey, menyebut bahwa fenomena pertemuan lampu hias dari dua perayaan besar ini adalah simbol nyata kerukunan yang telah lama terbangun di tengah masyarakat desa.


“Ini murni inisiatif masyarakat yang sudah terbiasa hidup dalam keberagaman. Pemerintah desa tentu sangat bersyukur karena semangat moderasi beragama di Waleure bukan sekadar wacana, tapi benar-benar sudah dipraktikkan,” ujar Kuntua Tatty, sapaan akrabnya.


Ia juga berharap ke depan fenomena ini bisa dikembangkan menjadi kegiatan bersama yang lebih terorganisir, yang tidak hanya mempererat kebersamaan, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Lampu Hias Paskah dan Lebaran Bertemu di Satu Titik, Waleure Jadi Simbol Kerukunan Beragama di Minahasa